Kisah Nabi Hud dan kaum Aad - Bagian Pertama
Al-Quran merupakan wahyu Illahi
yang diturunkan kepada umat Islam, secara garis besar pokok-pokok kandungannya terdiri
dari aqidah, ibadah, akhlak, hukum, peringatan, dorongan untuk berfikir dan sejarah/kisah.
Kali ini saya akan membahas sedikit tentang kisah nabi hud dan kaum aad.
Penyebutan kaum Aad dan negerinya, Iram
di dua surat dalam al-Qur’an, salah satunya dengan nama Nabi mereka yaitu Hud
’alaihissalam, dan yang kedua dengan nama tempat tinggal mereka yaitu al-Ahqaaf,
dan di dalam puluhan ayat al-Qur’an yang terdapat dalam 18 surat dalam
al-Qur’an. Dan penyebutan kaum Aad dalam al-Qur’an terhitung sebagai kisah yang
paling banyak diceritakan dibandingkan dengan kisah ummat-ummat yang lain yang
dibinasakan, sebagai bentuk keajaiban dalam al-Qur’an. Hal itu karena kaum ini
(Aad) telah dibinasakan secara total dengan angin hitam pekat serta dingin yang
tidak sewajarnya. Angin tersebut juga mengandung pasir-pasir yang mengubur dan
menutup peninggalan-peninggalan mereka, hingga tersembunyi (tertutup) semua peninggalan
mereka dari muka Bumi.
Setelah nabi Nuh dan kaum yang
beriman diselamatkan dari banjir terbesar sepanjang sejarah yang menimpa pada
saat itu, maka kaum Nuh tersebut menurunkan satu kaum baru yang disebut kaum
‘Ad. Apabila ditarik garis keturunan, kaum Aad merupakan generasi ke delapan
setelah nabi Nuh.
Dikisahkan bahwa kaum aad merupakan
kabilah yang hidup di wilayah “hadratulmaut”, tempat yang terletak di
Yaman yang dekat dengan laut. Wilayah tersebut dipenuhi dengan bangunan dengan
pasak tiang yang menjulang tinggi sebagaimana firman Allah:
أَلَمۡ تَرَ كَيۡفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِعَادٍ ٦ إِرَمَ
ذَاتِ ٱلۡعِمَادِ ٧ ٱلَّتِي لَمۡ يُخۡلَقۡ
مِثۡلُهَا فِي ٱلۡبِلَٰدِ ٨
6. Apakah kamu tidak memperhatikan
bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum ´Aad
7. (yaitu) penduduk Iram yang mempunyai
bangunan-bangunan yang tinggi
8. yang belum pernah dibangun (suatu kota)
seperti itu, di negeri-negeri lain (QS. Al Fajr 6-8)
Di dalam tafsir mengenai kaum Aad, sejumlah
ulama ahli tafsir, ahli Geografi, ahli sejarah dan ahli nasab (silsilah
keturunan) muslim seperti ath-Thabari, as-Suyuthi, al-Qozwaini, al-Hamdani,
Yaqut al-Hamawi dan al-Mas’udi bersemangat untuk mengungkap tentang
hakekat mereka. Mereka (para ulama di atas) menyebutkan bahwa kaum Aad termasuk
al-Arab al-Baa’idah (Arab yang telah musnah). Dan mereka (al-Arab
al-Baa’idah) dianggap mencakup banyak kaum yang telah musnah ratusan tahun
sebelum diutusnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, di antara mereka kaum Aad,
Tsamud, al-Wabar, dan selain mereka masih banyak lagi[1].
Dan mereka (para ulama di atas)
mengetahui dari ayat-ayat al-Qur’an bahwa tempat tinggal kaum Aad adalah di Ahqaaf
(احقاف) jamak dari
kata Haqf (حقف) yang
berarti pasir yang miring. Ahqaaf adalah salah satu daerah ar-Rab’u
al-Khali dengan Hadhramaut di sebelah selatannya, ar-Rab’u
al-Khali di selatannya dan dengan Oman di sebelah timurnya, dan dia
sekarang adalah daerah Zhaafar.
Adapun tentang kaum Iram
pemilik bangunan tinggi itu, maka al-Hamadani (wafat tahun 334H/946M) dan Yaqut
al-Hamawi (wafat tahun 627H/1229M) menyebutkan bahwa bangunan tinggi mereka
yang dahulu adalah hasil bangunan Syaddad bin Aad dan telah hilang musnah
(tertimbun pasir), dan ia tidak diketahui sekarang, walaupun beredar di
cerita-cerita tentangnya.
Sekilas
Mengenai Nabi Hud ‘Alaihissalam dan Kaum Aad
Beliau bernama Hud bin Syalakh bin
Arfakhsyad bin Sam bin Nuh ‘Alaihissalam. Dikatakan juga bahwa beliau adalah
Abir bin Syalakh bin Arfakhsyad bin Sam bin Nuh. Atau ada juga yang menyebut
beliau dengan Hud bin ‘Abdullah bin Rabbah bin Al-Jarud bin ‘Aad bin Aus bin
Irm bin Sam bin Nuh. Demikianlah yang disebutkan oleh Ibnu Jarir[2].
Nabi Hud diutus oleh Allah untuk
memberi peringatan kepada kaum Aad yang saat itu tengah melakukan kemusyrikan
dengan menyembah berhala. Sebagian ulama dan ahli sejarah mengatakan Nabi Hud
‘Alaihissalam adalah orang pertama yang berbicara dengan bahasa Arab. Wahb bin
Munabbih menyebutkan bahwa ayahnya Nabi Hud yang pertama kali berbicara dengan
bahasa Arab. Sebagian mereka berkata bahwa Nuh-lah yang pertama kali berbicara
dengan bahasa Arab, sementara yang lainnya berkata bahwa ia adalah Adam. Allahu
a’lam.
Kaum ini tinggal di sebuah daerah
yang bernama "Hadratulmaut". Di daerah ini mereka melakukan
aktivitasnya sebagai petani. Sehingga tanah yang dianugerahkan Allah kepadanya
diolah dan menghasilkan buah-buahan serta gandum. Bisa dikatakan kaum 'Ad tidak
kekurangan apapun dalam hidupnya.
Meskipun demikian, mereka (kaum Aad)
tidak menyadari bahwa yang membuatnya kaya raya itu sesungguhnya Allah semata.
Mereka menganggap bahwa kekayaan itu didapatnya dari kerja kerasnya. Hal ini
tentu sudah menyimpang dari ajaran agama.
Karena kekayaan mereka yang
melimpah sehingga semua yang dia inginkan dapat dibeli. Selain itu bangsa Aad
sangat pandai membuat bangunan seperti benteng untuk menahan serangan kaum
lain. Dalam benteng tersebut mereka mendirikan bangunan bertingkat sehingga
semua kegiatan di luar benteng dapat diketahui.
Di samping itu, mereka juga
mempunyai siasat perang yang jitu. sehingga musuh-musuhnya merasa ketakutan dan
takluk sebelum berperang. Hal ini disebabkan oleh kejamnya kaum aad kepada
musuhnya. Kekejaman inilah yang membuat musuh takut karena yang demikian itulah
mereka semakin sombong dan setiap peperangan mereka selalu mengalahkannya
sebelum berperang.
Nabi
Hud ‘Alaihissalam Diutus Allah kepada Kaum Aad
Kaum Aad adalah kaum yang durhaka
kepada Allah Ta’ala yang menyembah berhala. Berhala mereka ada tiga yaitu Shad,
Shamuda, Hara. Oleh karena itu, Allah Ta’ala utus saudara mereka, Hud ‘Alaihissalam
untuk mengembalikan mereka kepada aqidah tauhid yang bersih dari syirik. Karena
akhlak dan aqidah kaum aad yang demikian menyimpang parah, nabi Hud merasa
prihatin. Beliau sangat khawatir bahwa Allah akan mengirim azab kepada mereka
sebagaimana yang diturunkan kepada kaum nabi Nuh. Untuk itu ia mengajak pada
segenap kaum Aad agar menyembah Allah dan meninggalkan berhala-berhala serta
kelakuan jahat lainnya. Allah Ta’ala berfirman:
۞وَإِلَىٰ عَادٍ أَخَاهُمۡ هُودٗاۚ قَالَ
يَٰقَوۡمِ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنۡ إِلَٰهٍ غَيۡرُهُۥٓۚ أَفَلَا
تَتَّقُونَ ٦٥
65. Dan (Kami telah
mengutus) kepada kaum ´Aad saudara mereka, Hud. Ia berkata: "Hai kaumku,
sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain dari-Nya. Maka
mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya? [QS Al-A’raaf: 65].
Mendengar apa yang nabi Hud katakan
kepada mereka, mereka menyangkal; “Mengapa kamu menyuruh kami meninggalkan
tuhan-tuhan yang telah disembah nenek moyang kita dan diturunkan kepada kita.
Dan tadi kau mengatakan bahwa hanya Tuhanmu yang dapat mematikan dan
menghidupkan makhluk. Aku tidak percaya dengan ocehanmu itu. Sebab aku juga
bisa membunuh”, sangkal kaum aad yang merasa terhina dengan ucapan nabi
Hud.
Nabi hud menceritakan kembali bahwa
apa yang terjadi kepada nenek moyangnya (kaum Nuh) ketika mereka kufur terhadap
Allah. Namun tetap saja mereka ingkar dan malah menghina nabi Hud sebagai
pendusta. Mereka adalah bangsa Arab yang keras tabiat, kafir, angkuh dan
menyembah berhala. Kemudian Nabi Hud menyeru mereka untuk kembali ke jalan
Allah Azza wa Jalla, mengesakanNya dengan melaksanakan ibadah secara ikhlas
kepadaNya, namun mereka mendustakan beliau, menentangnya dan mengejeknya. Allah
Ta’ala berfirman:
قَالَ ٱلۡمَلَأُ ٱلَّذِينَ
كَفَرُواْ مِن قَوۡمِهِۦٓ إِنَّا لَنَرَىٰكَ فِي سَفَاهَةٖ وَإِنَّا لَنَظُنُّكَ
مِنَ ٱلۡكَٰذِبِينَ ٦٦
66. Pemuka-pemuka
yang kafir dari kaumnya berkata: "Sesungguhnya kami benar benar memandang
kamu dalam keadaan kurang akal dan sesungguhnya kami menganggap kamu termasuk
orang orang yang berdusta" [QS Al-A’raaf: 66]
Maksudnya adalah perkara yang
beliau serukan kepada kaumnya untuk diikuti adalah sebuah kedustaan terhadap
kegiatan penyembahan berhala yang telah berlangsung ini yang mana kaum yang
durhaka tersebut mengharapkan kemenangan, rizki hanya dari berhala-berhala
tersebut.
Kaum
Aad Meminta Disegerakan Adzab
Apa yang terjadi pada kaum Nuh pun
berulang pada kaum Aad, mereka meminta disegerakan adzab karena mereka mendustakan
bahwa Nabi Hud adalah utusan Allah, mereka tidak mempercayai bahwa adzab itu
adalah haq karena mereka tidak beriman kepada Allah. Mereka menyangka Nabi Hud
adalah seorang pendusta padahal sebaliknya, merekalah yang pendusta. Mereka
berkata, seperti difirmankan Allah:
قَالُوٓاْ أَجِئۡتَنَا
لِنَعۡبُدَ ٱللَّهَ وَحۡدَهُۥ وَنَذَرَ مَا كَانَ يَعۡبُدُ ءَابَآؤُنَا فَأۡتِنَا
بِمَا تَعِدُنَآ إِن كُنتَ مِنَ ٱلصَّٰدِقِينَ ٧٠
70. Mereka berkata:
"Apakah kamu datang kepada kami, agar kami hanya menyembah Allah saja dan
meninggalkan apa yang biasa disembah oleh bapak-bapak kami? maka datangkanlah
azab yang kamu ancamkan kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang
benar"[QS Al-A’raaf: 70]
Kaum Aad berkata kepada Nabi Hud:
قَالُواْ يَٰهُودُ مَا
جِئۡتَنَا بِبَيِّنَةٖ وَمَا نَحۡنُ بِتَارِكِيٓ ءَالِهَتِنَا عَن قَوۡلِكَ وَمَا
نَحۡنُ لَكَ بِمُؤۡمِنِينَ ٥٣ إِن نَّقُولُ إِلَّا ٱعۡتَرَىٰكَ بَعۡضُ
ءَالِهَتِنَا بِسُوٓءٖۗ قَالَ إِنِّيٓ أُشۡهِدُ ٱللَّهَ وَٱشۡهَدُوٓاْ أَنِّي
بَرِيٓءٞ مِّمَّا تُشۡرِكُونَ ٥٤ مِن دُونِهِۦۖ فَكِيدُونِي جَمِيعٗا ثُمَّ لَا
تُنظِرُونِ ٥٥
53. Kaum Aad
berkata: "Hai Huud, kamu tidak mendatangkan kepada kami suatu bukti yang
nyata, dan kami sekali-kali tidak akan meninggalkan sembahan-sembahan kami
karena perkataanmu, dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kamu
54. Kami tidak mengatakan melainkan
bahwa sebagian sembahan kami telah menimpakan penyakit gila atas dirimu".
Huud menjawab: "Sesungguhnya aku bersaksi kepada Allah dan saksikanlah
olehmu sekalian bahwa sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu
persekutukan
55. dari selain-Nya, sebab itu
jalankanlah tipu dayamu semuanya terhadapku dan janganlah kamu memberi tangguh
kepadaku.” [QS Hud: 53-55]
Ini merupakan tantangan balik dari
Nabi Hud untuk kaumnya dan pernyataan bara’ (berlepas diri) dari
sesembahan mereka, dan menjelaskan kepada kaumnya bahwa sesembahan mereka tidak
dapat memberikan manfaat dan mudharat, mereka adalah benda-benda mati yang tak
berdaya apa-apa.
Setelah peringatan-peringatan yang
diberikan nabi Hud tidak dihiraukan kaum Aad sama sekali, semua keputusan
diserahkan sepenuhnya kepada Allah. Meskipun demikian beliau tak bosan menyeru
pada kaum aad untuk menyembah Allah dan meninggalkan berhala-berhala sebagai
tuhan mereka.
Namun mereka semakin berbuat
kerusakan di muka bumi. Setiap kali mendapat peringatan nabi Hud, mereka malah
berbuat sombong dan durhaka. Bahkan mereka tetap menolak untuk mengakui bahwa
Hud merupakan utusan Allah.
Di tengah-tengah bejatnya moral
yang sudah memuncak ini nabi Hud berdoa: "Ya Allah, sekiranya Engkau
membuat mereka jera dengan adanya kemarau panjang kemungkinan besar mereka
percaya ajaranku". Doa tersebut nabi Hud panjatkan di tengah malam.
Sebab beliau mengira bahwa dengan adanya musim kemarau panjang berarti harta
mereka akan ludes dan dapat insyaf kembali. Tuhan Maha Mendengar sehingga
permintaan utusan-Nya dikabulkan.
In-Sya Allah bersambung...
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar menggunakan bahasa yang baik dan sopan. Terimakasih sudah berkunjung.