Baca dulu bagian pertama disini: Kisah Nabi Hud dan kaum Aad -Bagian Pertama
Tahap
pertama; kemarau panjang
Ibnu Katsir berkata, Para ahli
tafsir menyebutkan bahwa ketika kaum Aad meminta disegerakan adzab, Allah
Ta’ala memulai dengan menahan hujan selama beberapa tahun. Kemarau yang
merupakan azab Allah bagi kaum aad rasanya tiada berkesudahan. Terik matahari
yang membakar bumi tidak dapat menghidupkan tanaman, sehingga sumber
penghasilan kaum aad sudah tidak ada lagi. Musim kemarau ini sungguh dahsyat
sebab semua harta yang telah dikumpulkan kaum aad sedikit demi sedikit mulai terkikis.
Hal ini disebabkan untuk menutup kebutuhan sehari-harinya sehingga
lama-kelamaan harta tersebut habis.
Di saat demikian nabi Hud tetap
berdakwah dan tetap mengajak kaum aad untuk meminta pertolongan kepada Allah.
Beliau tidak merasa bosan dan putus asa meskipun mendapat rintangan dalam
dakwahnya. Dalam hatinya, beliau bersyukur kepada Allah benar-benar menurunkan
peringatan berupa kemarau panjang ini.
Melihat dan merasakan kemarau
seperti itu, pemimpin mereka Mu’awiyyah bin Bakr mengutus delegasi berjumlah
sekitar 70 orang untuk mengambil air. Kemudian mereka melewati Mu’awiyyah di
daerah Makkah, lalu mereka singgah selama sebulan di tempatnya untuk meminum
khamr dan memberikannya pada Mu’awiyyah. Setelah itu mereka pergi ke Haram yang
disana terdapat beberapa berhala yang sebelumnya dijadikan untuk meminta
pertolongan dan meminta keselamatan. Begitulah ritual persembahan yang mereka
lakukan untuk menangkal bencara kemarau panjang tadi.
Tahap
kedua; angin dahsyat hitam pekat dan dingin
Menurut sejarah, kemarau pada saat itu
tidak ada setetes embun yang jatuh. Hal ini membuat semua sumber air tidak
dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Waktu itu bumi betul-betul kering dan tandus.
Setelah selesai mengunjungi
Mu’awiyyah, maka mereka segera beranjak ke Al-Haram dan berdoa untuk kaumnya.
Kemudian salah seorang pemuka agama yang bernama Qail bin Anaz berdo’a untuk
mereka. Maka Allah mengirimkan 3 awan yaitu putih, merah, hitam kemudian mereka
diseru dari langit, “Pilihlah untukmu dan kaummu dari awan ini. Qail
menjawab, “Aku memilih yang berwarna hitam.” Qail menyangka bahwa awan
hitam adalah awan yang membawa hujan untuk mereka.
Kemudian Allah mengirimkan awan
hitam yang telah dipilih Qail kepada kaum Aad, hingga awan itu keluar di sebuah
lembah yang dinamakan Al-Mughits. Penduduk kaum Aad melihatnya dan
mereka bergembira ria, mereka berkata, “Inilah hujan untuk kami!”. Allah
Ta’ala berfirman:
فَلَمَّا
رَأَوۡهُ عَارِضٗا مُّسۡتَقۡبِلَ أَوۡدِيَتِهِمۡ قَالُواْ هَٰذَا عَارِضٞ
مُّمۡطِرُنَاۚ بَلۡ هُوَ مَا ٱسۡتَعۡجَلۡتُم بِهِۦۖ رِيحٞ فِيهَا عَذَابٌ أَلِيمٞ
٢٤ تُدَمِّرُ كُلَّ شَيۡءِۢ بِأَمۡرِ رَبِّهَا فَأَصۡبَحُواْ لَا يُرَىٰٓ إِلَّا
مَسَٰكِنُهُمۡۚ كَذَٰلِكَ نَجۡزِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلۡمُجۡرِمِينَ ٢٥
24. Maka tatkala mereka
melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, berkatalah
mereka: "Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami".
(Bukan!) bahkan itulah azab yang kamu minta supaya datang dengan segera (yaitu)
angin yang mengandung azab yang pedih
25. yang menghancurkan segala
sesuatu dengan perintah Tuhannya, maka jadilah mereka tidak ada yang kelihatan
lagi kecuali (bekas-bekas) tempat tinggal mereka. Demikianlah Kami memberi
balasan kepada kaum yang berdosa [QS Al-Ahqaf: 24-25]
Orang pertama dari kaum Aad yang
melihat kalau awan itu adalah angin yang menghancurkan adalah seorang wanita
bernama Mahd. Ketika dia melihatnya, dia pun berteriak dan jatuh pingsan.
Ketika siuman, sebagian kaumnya bertanya kepadanya, “Apa yang kau lihat
wahai Mahd?” Dia menjawab, “Aku melihat awan hitam bagai meteor dari
neraka, di depannya ada seorang lelaki yang menuntunnya!”[1]
Suatu malam nabi Hud didatangi
malaikat yang memberi tahu bahwa sebentar lagi azab Allah akan datang. Malaikat
itu berpesan pada nabi Hud agar segera meninggalkan perkampungannya bersama
pengikutnya.
Malam itu juga nabi Hud
mengumpulkan orang-orang beriman dan mengajak pergi dari perkampungan. Mereka
menuju ke Hadratul Makkah. Malam semakin larut dan nabi Hud bersama pengikutnya
sudah jauh meninggalkan wilayahnya, maka datanglah angin topan berwarna hitam
pekat tersebut. Angin ini berhawa dingin dan menerjang wilayah Ad. Ternak-ternak
kaum aad bergelimpangan. Begitu pula bangunan yang dibanggakan selama ini.
Setelah itu orang-orang yang
menentang ajaran nabi Hud di hancurkan juga. Di saat itulah mereka sadar bahwa
ajaran dan ancaman nabi Hud telah terbukti. Mereka menyebut-nyebut nama Hud dan
memanggilnya. Namun penyesalan tinggal penyesalan sebab nabi Hud sudah berada
di daerah yang jauh dan Allah tidak menerima penyesalan mereka lagi.
Lalu Allah Ta’ala menggerakkan awan
hitam tersebut 7 malam 8 hari berturut-turut mengepung mereka[2].
Tidak ada seorangpun yang dibiarkan hidup di dalam desa kaum Aad, sementara
Nabiyullah Hud ‘Alaihissalam dan orang-orang yang telah beriman terlebih dahulu
sudah pergi dari kaumnya, mengasingkan diri dan menghindar dari adzab dan siksa
Allah yang pedih. Firman Allah Ta’ala:
وَأَمَّا
عَادٞ فَأُهۡلِكُواْ بِرِيحٖ صَرۡصَرٍ عَاتِيَةٖ ٦ سَخَّرَهَا عَلَيۡهِمۡ سَبۡعَ
لَيَالٖ وَثَمَٰنِيَةَ أَيَّامٍ حُسُومٗاۖ فَتَرَى ٱلۡقَوۡمَ فِيهَا صَرۡعَىٰ
كَأَنَّهُمۡ أَعۡجَازُ نَخۡلٍ خَاوِيَةٖ ٧
6. Adapun kaum ´Aad
maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang
7. yang Allah menimpakan angin itu
kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus menerus; maka kamu
lihat kaum ´Aad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul
pohon kurma yang telah kosong (lapuk) [QS Al-Haqqah: 6-7].
Allah menyerupakan kaum itu dengan
tunggul pohon kurma yang tidak memiliki kepala karena angin waktu itu
mendatangi mereka dan mengangkat mereka ke atas dengan kencangnya lalu memutar
kepala-kepala mereka hingga putus dan yang tersisa hanya jasad tanpa kepala. Beberapa
dari mereka ada yang mengungsi ke gua-gua dan gunung-gunung karena rumah-rumah
mereka telah hancur. Kemudian Allah mengutus angin Al-Aqim, yaitu angin
panas yang disertai nyala api di belakangnya. Kaum Aad yang tersisa menyangka
angin inilah yang akan menyelamatkan mereka. Padahal angin ini justru
mengumpulkan mereka semua dalam pusaran hawa dingin dan panas yang sangat
membinasakan. Inilah adzab angin terdahsyat dalam sejarah yang pernah terjadi
di muka bumi disertai dengan teriakan-teriakan yang amat memilukan dari kaum
Aad. Inilah adzab yang mereka meminta-minta untuk disegerakan kedatangannya.
Na’udzubillahi min dzaalik. Itulah rangkuman kisah kaum Aad dan adzab yang
menimpanya.
Kesimpulan
Sungguh hebat azab Allah sehingga
membinasakan seluruh wilayah negeri dari kaum Aad. Mengingat hal ini maka nabi
Hud dan semua pengikutnya yang beriman tidak lagi menempatinya melainkan pergi
ke negeri yang baru, yaitu Hadramaut Makkah. Di sana beliau menyebarkan
ajarannya dan bertambah banyak pula pengikutnya. Di sana pula beliau wafat dan
dimakamkan. Dalam satu riwayat disebutkan bahwa Nabi Hud dimakamkan di negeri
Yaman, ini dari riwayat ‘Ali bin Abi Thalib. Riwayat lain menyebutkan kuburannya
berada di Damaskus, di masjidnya terdapat tempat yang banyak dikira orang-orang
bahwa itu merupakan makam Nabi Hud ‘Alahissalam. Allahu a’lamu bishawab.
Hikmah
yang bisa diambil
Dari kisah tersebut setidaknya kita
bisa mengambil hikmah berupa:
- Al-Quran mengisahkan berbagai kisah yang bisa kita ambil pelajaran didalamnya tidak terikat ruang dan waktu. Walaupun kisah itu sudah terjadi dan terjadi di jazirah arab sana, namun kita umat Muslim di Indonesia bisa mengambil hikmahnya sampai saat ini.
- Kaum aad merupakan kaum yang diberikan karunia oleh Allah dengan kesempurnaan hidup berupa ladang pertanian yang subur, kekayaan yang melimpah, fisik yang kuat, kecerdasan yang tinggi; sehingga bisa membuat rumah dengan tiang-tiang menjulang tinggi. Namun semua karunia itu tidak diimani oleh mereka dan malah musyrik kepada Allah.
- Segala yang kita miliki di dunia hanyalah sementara. Kehidupan dunia ini jangan dijadikan prioritas sehingga menomor-duakan kehidupan akhirat yang kekal selamanya.
- Teruslah menjadi hamba yang bersyukur kepada Allah dan selalu mengingat akan semua pemberian-Nya (titipan). Apalah artinya bahagia di dunia, tapi di akhirat menderita/merugi.
- Semoga kita terjauh dari golongan orang yang kafir akan nikmat-Nya dan selalu bersyukur atas segala karunia yang dimiliki sekarang.
Sumber/Referensi
·
Al-Quranul Kariim
·
Maktabah Syamilah
·
https://kisahmuslim.com/470-iram-negeri-kaum-aad-yang-dibinasakan.html
·
http://sejarahkisahnabi.blogspot.co.id/2013/11/kisah-nabi-hud-as-bag-pertama.html
·
http://sejarahkisahnabi.blogspot.co.id/2013/11/kisah-nabi-hud-as-bag-kedua.html
·
https://muhandisun.wordpress.com/2013/01/24/kisah-nabi-hud-alaihissalaam-dan-kaum-aad/
·
https://kisahmuslim.com/470-iram-negeri-kaum-aad-yang-dibinasakan.html
[1] Kisah serupa diriwayatkan oleh Imam
Ahmad dalam Musnadnya [no. 15524 dengan sanad hasan] dari hadits Al-Harits bin
Yazid Al-Bakri mengenai seorang wanita tua dari Bani Tamim.
[2] Ibnu Mas’ud dan Ibnu ‘Abbas serta lebih dari satu imam
para tabi’in berkata, Angin tersebut dingin dan sangat kencang. [Jami’ul Bayan
Ath-Thabari 24/102]
terima kasih ceritanya sangat menarik.,.,.salam
ReplyDeletecvtugu_rentcar