Oleh ; Drs. H. Shiddiq Aminullah
Dalam QS. Al-Furqan : 63-74 Allah swt menjelaskan tentang ciri-ciri hamba yang dimuliakan Allah, antara lain : Pertama, Rendah hati,
tidak berlaku sombong, tidak karena kebetulan diberi kekayaan, kecantikan,
kedudukan, atau kepandaian kemudian menolak kebenaran yang datang dari Allah
dan menghina kepada orang lain. Ia sadar bahwa segala yang ia miliki hanyalah
titipan dari Yang Maha Pengasih, ia juga sadar bahwa disamping kelebihan,
banyak juga kekurangan dan kealfaan dalam dirinya .
Kedua, Selain melaksanakan shalat fardu yang lima, ia
juga rajin melakukan shalat tahajud di malam hari, Satu amal ibadah sunat yang
mendapat jaminan surga bernama “Maqoman Mahmudan “ ( QS. Bani Israil : 79
) Saat orang lain terlelap tidur, ia
bangun mendekatkan diri kepada Allah, berdo’a, dan beristighfar dengan khusyuk,
pada dini hari, saat besar harapan semua
do’a dikabul Allah. Seperti dijelaskan oleh Nabi saw. : “ Allah turun ke langit dunia pada sepertiga
malam terakhir, dan menghimbau : Barangsiapa yang berdo’a kepada-Ku saat ini
akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang memohon ampunan kepada-Ku saat ini akan
Aku ampuni, dan barangsiapa yang meminta sesuatu kepada-Ku saat ini akan Aku
penuhi. “ HR. Al-Bukhari.
Ketiga, Tidak boros dan tidak
kikir. Ia taat melaksanakan kewajiban zakat, infaq , wakaf dan sedekah. Ia
meyakini bahwa apa yang ia berikan kepada fakir
dan miskin atau fi sabilillah,
bukanlah untuk kepentingan orang lain tapi justru untuk kebaikan dirinya, baik di dunia
terutama di akhirat. Sudah menjadi kenyataan dalam kehidupan bahwa betapa orang
yang pemurah dan ahli sedekah disayang orang, sebaliknya kebencian justru
banyak dialamatkan kepada orang bakhil dan kikir. Belum lagi di akhirat kelak,
harta yang diinfakkan dengan ikhlas akan menjadi benteng bagi dirinya dari
siksa api neraka , dan harta yang dibakhilkan akan dikalungkan oleh Allah dari
api neraka. Ia juga tidak berlebihan
dalam meninfakkan hartanya, sehingga membuat keluarganya miskin dan menderita.
Nabi saw. menyatakan : “ Engkau meninggalkan ahli waritsmu dalam keadaan
berkecukupan lebih baik dari pada engkau meningalkannya dalam keadaan miskin,
dan hidupnya jadi beban orang lain “ HR. Muslim.
Keempat, Menghindarkan diri
dari perbuatan-perbuatan dosa besar, seperti Syirik, yaitu menyukutukan Allah,
baik rububiyyah maupun uluhiyyah,
termasuk di dalamnya riya, yang oleh Nabi saw. disebut sebagai “syirik
kecil “ , beramal tidak ikhlas karena
Allah, tapi mengharapkan pujian dari sesama manusia. Ia tidak pernah memohon
pertolongan dan berdo’a kepada selain Allah.
Ia tidak Membunuh, karena membunuh orang tanpa alasan yang dibenarkan
oleh Allah dan rasul-Nya adalah dosa besar.
Ia juga tidak melakukan zina, yang dalam hadits riwayat Imam At-Thabrani
dinilai oleh Nabi sebagai dosa terbesar urutan kedua setelah dosa syirik. Beliau bersabda : “ Tidak ada dosa yang lebih besar setelah dosa
syirik, kecuali dosa seorang lelaki menyimpan spermanya pada rahim wanita yang
tidak halal baginya . “Ia juga tidak memberikan kesaksian palsu, karena
disamping perbuatan itu hanya akan mencelakakan orang lain dan dirinya juga merupakan perbuatan dosa.
Kelima, Jangankan perbuatan yang jelas-jelas dosa,
hal-hal yang ia nilai tidak ada manfaatnya, ia hindari. Sebagaimana dinyatakan Nabi saw. : “Sebaik-baik muslim adalah orang yang bisa meninggalkan
hal-hal yang tidak bermanfaat“ ( HR. At-Tirmidzi ). Keenam, Ia terbuka untuk menerima nasihat dan
teguran. Apalagi jika nasihat dan teguran itu bersumber dari ayat Allah atau
hadits Nabi . Dalam ayat lain dijelaskan bahwa orang-orang yang akan diberi
kebaikan oleh Allah, hatinya akan selalu terbuka untuk menerima nasihat,
menerima ajaran Islam. Sebaliknya orang yang akan dibiarkan dalam kesesatan,
setiap nasihat dirasakan menyesakkan hati dan hanya menyusahkan dirinya,
menyinggung perasaannya. Ketujuh, Ketika
ia sadar telah terlibat perbuatan dosa, mengikuti ajakan hawa nafsu dan godaan
syetan, ia segera bertaubat, dengan memohon ampunan Allah dan berusaha untuk
tidak mengulangi perbuatan dosa itu. Ia yakin bahwa sebesar apapun dosa yang dilakukan jika ia
mau bertaubat taubatan nasuha Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Pengampun akan
mengampuninya.
Dengan sifat-sifat tersebut di atas insya Allah seseorang akan termasuk
katagori “ Ibadur Rahman " Hamba Allah yang dimuliakan. Wallahua’alam.
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar menggunakan bahasa yang baik dan sopan. Terimakasih sudah berkunjung.