Seingatku, sekitar 15 tahun lalu terakhir kali saya
berteriak menyuarakan “PARTAI BULAN BINTANG”. Berarti saya masih anak-anak kala
itu.
Ada yang berbeda mengenai suasana kampanye saat itu dan
sekarang. Selain karena faktor usia, juga pengetahuan menjadi titik kunci
perbedaannya. Ditambah dengan konstalasi politik Indonesia yang sudah berubah
dan kondisi sosiogeografis dan sosiokultural masyarakat yang berubah.
Seiring perubahan zaman, tidak hanya saya yang berubah.
Namun kultur dan pengetahuanpun semakin berkembang. Paradigma sosial mulai
berubah mengenai kampanye.
Kata orangtua sekarang, dulu itu kalau kampanye tidak
se-pragmatis sekarang. Dulu memang ada istilah “massa bayaran” yang niatnya
hanya minta atribut, dipasang dimotor, ikut sorak-sorak, dan memenuhi tempat
kampanye. Selesai itu mereka ngantri ke tim yang mengajaknya, dan meminta
bayaran. Sudah. Namun tidak banyak dan hanya konsisten satu atau dua partai. Namun
sekarang, mereka tidak pandang partai apa, kemanapun ayo, yang penting bensin
penuh, dapet uang tambahan pula. Tapi itu mereka, bukan saya.
Saya terlahir di keluarga yang konsisten PBB. Awal-awalnya
saya hanya ikut-ikutan karena kurangnya pengetahuan mengenai gejolak politik
disini, Indonesia. Tapi dengan semakin bertambahnya usia, saya pun akhirnya
paham, mengapa orangtua saya memilih setia di partai ini. Dan itu sudah tertanam
dalam hati dan pikiranku, betapa mahal dan berharganya sebuah “pendirian” itu.
Mereka boleh saja menjadi “PELACUR POLITIK”, yang kerjanya
hanya meminta bayaran setelah bersorak-sorak dan memenuhi tempat kampanye TANPA
tahu dan mengenal “Ghiroh” dan esensi dari apa yang kami suarakan.
Saya berteriak karena saya tahu. Mereka berteriak karena mereka mau.
Saya tahu bukan karena saya ikut-ikutan, tapi saya tahu karena saya ingin tahu dan mencari tahu.
Mereka mau karena mereka tahu apa yang mereka akan dapatkan setelahnya, dan mereka tidak mau mencari tahu apa yang mereka teriakkan asal mendapatkan apa yang mereka mau.
Walau kampanye kami tidaklah gemerlap artis ibu kota seperti
partai lain. Tidak semeriah mereka, tidak sebanyak massa mereka, tapi tidak
berarti “aum”an kami lebih kecil dari mereka. Tidak berarti kami kalah dalam
pendirian.
Boleh saja kami kurang massa kampanye, jangan kira pengaruh kami kurang di negeri ini.Boleh saja tidak banyak yang mengetahui jasa-jasa kami untuk negeri ini, karena kami tidak pernah memasang banner besar – memenuhi papan iklan – atas apa yang telah kami perbuat.Boleh saja partai kami kecil, tapi jangan kira nyali kami – memperjuangkan syariat Islam – itu memble.
Perhatikan saja mereka,
Mereka yang gemerlap artis ibukota, yang berjoged dengan
suka ria, yang ditonton anak-anak dengan lenggak-lengkok para artisnya, yang
membuat kemacetan hebat dijalan raya, yang meriah dalam menyuarakan partainya,
boleh saja mereka tangguh dengan finansialnya.
Berbeda dengan kami. Kami tidak membawa artis ibukota, kami
tidak berjoged ria, artis pun tidak lenggak-lenggok di depan anak-anak, tidak
membuat kemacetan luar biasa, tidak sekuat finansial mereka, tapi dalam
menyuarakan aspirasi, kami tidak kalah. Dan tidak akan kalah.
Ghiroh itu ada ketika….
Ada momen-momen yang paling berkesan saat kampanye. Dimulai dari
tekstur tanah yang “ledok” (becek), sampai inspirator bagi oranglain.
Diawali di DPC PBB, di jl. Taifur Yusuf no.47, Kaum – Cianjur,
saya dan kawan-kawan Pemuda Bulan Bintang menjadi garda terdepan mengawal
kampanye. Merah menggelora menjadi inspirasi golongan tua bahwa anak muda
mereka sangatlah menjaga dan melindungi gerakan mereka. Iring-iringan konvoy
sepanjang 3km pun Alhamdulillah aman terkendali dengan bantuan para pemuda yang
menggandeng pawai meriah itu.
Sesampainya di tempat (lapang Bojong), dengan tekstur tanah
ledok, saya pribadi dan kang Ade Ifan Rustandi mengawali mengibarkan bendera
PBB yang besar dan mengelilingi lapang dengan lari-lari kecil. Walau sempat
terpeleset karena tanah yang licin, tapi tidak lantas kami berhenti, kami terus
berlari dan mengibarkan panji “keramat” (hehe) untuk menghadang dan melupakan
tanah yang becek.
Sesudah itu pun kami langsung berdiri dibarisan terdepan
panggung dan mulai mengajak oranglain ikut masuk memenuhi lapang. Karena sebelumnya
sempat ragu-ragu untuk turun langsung ke lapang. Hingga pada akhirnya, ketua
DPC, bpk. Muhammad Toha sendiri turun langsung dan ikut mengajak kepada kader-kadernya
untuk ikut turun ke lapang.
Beliau berkata: “Kader PBB itu merakyat, kader PBB itu tidak elitis. Hayu ka para kader, turutan pemuda. Turun ka lapang, tong sieun ku kotor. Belok mah aya cai, kotor mah tinggal di cuci. Kader PBB oge tong sieun ku panas, panas di dunya masih jauh dibanding panas di naraka”
Beliau berkata: “Kader PBB itu merakyat, kader PBB itu tidak elitis. Hayu ka para kader, turutan pemuda. Turun ka lapang, tong sieun ku kotor. Belok mah aya cai, kotor mah tinggal di cuci. Kader PBB oge tong sieun ku panas, panas di dunya masih jauh dibanding panas di naraka”
Bpk. Muhammad Toha, S.Ag mengajak caleg PBB berbecek-becek dengan peserta kampanye. |
Selepas bpk. Toha berkata itu, para kader pun mulai berduyun-duyun memenuhi lapang dengan semangatnya. Subhanalloh. Belum tentu para elit partai lain berani berkotor-kotor memeriahkan suasana kampanye, mungkin mereka lebih memilih diam di tempat yang sudah disediakan, duduk manis di kursi, dan diteduhi dengan tenda.
Para penonton pun disuguhi hiburan yang sungguh unik. Bukan
dangdut, bukan sulap, bukan pula grup band. Tapi grup nasyid. Ya, grup nasyid. Awalnya,
mayoritas peserta kampanye sedikit yang tahu mengenai lagu-lagu nasyid, tapi
setelah lagu-lagu nasyid itu dikemas dengan irama melayu, baru lah mereka mulai
mengenal dan menyukai lagu-lagu nasyid.
SPAZI. Itulah grup nasyid yang membantu menghibur kami dengan
suaranya yang khas dan kreatifitasnya yang unik. Konsep akustik tidak sama
sekali mengurangi kemeriahan suasana kampanye itu. Justru sebaliknya, semakin
banyak lah lapang Bojong itu dipenuhi para kader dan simpatisan yang ingin
turut menghibur diri. Waw.
Grup nasyid SPAZI sedang menghibur peserta kampanye |
Perlu diketahui, bahwa orasi ini menyuarakan tentang janji
bila mereka mendapat kursi DPRD/DPR. Bukan berarti bila mereka tidak
mendapatkannya, mereka tidak akan berbakti kepada rakyat dan berhenti menolong sesama.
Tidak demikian.
Berdirinya Yayasan Forum Pembangunan dan Perencanaan Cianjur
(YFP2C) ini sebagai bukti integritas PBB dalam menyehatkan masyarakat Cianjur.
Yayasan ini didirikan bukan pada saat momentum pemilu, bukan bertujuan untuk
memenangkan suara PBB di Cianjur. Dengan slogan “mari bersama membantu sesama”,
YFP2C insya Allah akan membantu masalah kesehatan bagi penduduk Cianjur. (Klik disini untuk informasi lebih lanjut mengenai YFP2C.)
Ada satu orator yang membuat saya dan rekan-rekan terdiam. Bukan
karena beliau “ngaco” dalam bersuara, tapi justru sebaliknya. Beliau mampu
menyulut api semangat kami semakin besar dengan fakta-fakta konstalasi politik Indonesia
yang disebut sebagai pertandingan aqidah. Ya, pemilu 2014 ini tidak hanya
momentum kekuasaan. Tapi sudah menjadi pertarungan aqidah. (untuk informasi
detail, silahkan kunjungi tulisan saya sebelumnya, klik disini)
Kami, Partai Bulan Bintang, tidak akan pernah membiarkan orang
kafir berkuasa khususnya di Cianjur ini. Silahkan para agama baru dan aliran
sesat itu berlindung dan bersembunyi di partai besar yang mampu membawa mereka
ke senayan sana. Tapi jangan harap mereka akan hidup tenang dalam melancarkan
misi-misi aqidah kelak. Karena masih ada PBB. Boleh saja mereka berlindung pula
di partai (yang ngaku) Islam lain, tapi mereka tidak akan pernah menyentuh partai
Islam, PBB. Itulah yang dikatakan bpk. Hilman Saukani, caleg DPRD Provinsi
dapil Jabar 3 (Kab. Cianjur dan Kota Bogor) no urut 2.
Pertarungan aqidah? Waw. Mungkin bagi oranglain ini terkesan
lebay dan dilebih-lebihkan, tapi ini memang faktanya. Kalau orangtua saja
berani bilang itu, apalagi kaum muda, tentunya harus lebih lantang dan berani
dalam bersuara. Dan kami berikrar untuk selalu menjadi garda terdepan bagi para
sesepuh kita.
Sesaat sebelum acara ini diakhiri, bpk. Toha mengajak para
caleg PBB untuk berkumpul dibawah panggung dan bersama-sama berikrar didepan sekitar
2.000 massa mengenai komitmen memperjuangkan aspirasi masyarakat Cianjur dan
tentunya dengan konsep transformasi syariah.
(untuk informasi mengenai konsep syariat Islam di tataran
politik Indonesia, silahkan kunjungi tulisan saya sebelumnya dengan klik disini)
Begitulah gambaran suasana kampanye PBB di kab. Cianjur yang
saya rasakan. Inilah mengapa saya katakan “ini yang kunamakan campaign”. Kami bukan tokoh, tapi insya Allah generasi penerus perjuangan. Rasyid Ridlo, Pemuda Bulan Bintang. Semoga
bermanfaat.
GALERI KAMPANYE
GALERI KAMPANYE
Pemuda Bulan Bintang garda terdepan |
Pemuda Bulan Bintang menyanyikan Mars Pemuda |
Pemuda Bulan Bintang menyanyikan Mars PBB |